gayuh-smanda

Rabu, 06 Oktober 2010

ARCHAEBACTERIA dan EUBACTERIA

Karakteristik Bakteri Metanogen
Bakteri metanogen termasuk salah satu golongan Archaebacteria selain halofilik, dan termofilik, sesuai dengan nama golongannya Archaebacteria merupakan mikroorganisme yang tahan hidup di daerah ektrim seperti perairan dengan kadar garam tinggi (halofil) contoh Halobacterium, serta daerah dengan temperatur tinggi seperti hydrothermal vent (extreme thermofil) contoh Sulfolobus, Pyrodictium. Bakteri metanogen bersifat anaerob obligat, terbagi menjadi tiga group. Group I Methanobacterium dan Methanobrevibacter , Group II meliputi Methanococcus, dan Group III termasuk genera Methanospirillum dan Methanosarcina . Semuanya ada di lingkungan air tawar yang anaerob seperti sedimen serta pada saluran pencernaan hewan. (Dubey, 2005).
Secara lebih rinci karakteristik bakteri metanogen disajikan pada tabel II.1 di bawah ini :
Tabel II.2 Karakteristik bakteri metanogen
Karakteristik
Metanogen
Bentuk sel
Batang, kokus, spirilla, filament, sarcina
sifat
Gram + / Gram -
klasifikasi
Archaebacteria
Struktur dinding sel
Pseudomurein, protein, heteropolysaccharida
Metabolisme
anaerob
Sumber energi dan sumber karbon
H2 + CO2, H2+ metanol, format, metilamin, metanol(30 % diubah menjadi CH4), asetat (80 % diubah menjadi CH4)
Produk katabolisme
CH4 atau CH4 + CO2
(sumber :Dubey,2005)

Jika ditinjau dari struktur selnya, Archaebacteria memiliki kemiripan dengan struktur sel eubakteria yaitu sel dengan tipe prokariot, struktur membran sel lipid bilayer namun bedanya pada Archaea menggunakan gugus eter yang berikatan pada lipid berbeda dengan membran sel eubakteria yang menggunakan gugus ester untuk berikatan dengan lipid. Ikatan antara gugus eter dan lipid ini membentuk membran bilayer dari gliserol-dieter, membran monolayer dari digliserol-tetraeter.


Dinding sel berfungsi untuk melindungi sitoplasma dari perubahan tekanan osmotik dan memberi bentuk sel sehingga ada yang berbentuk kokus atau batang. Struktur dinding sel Gram positif dan Gram negatif tidak memiliki peptidoglikan, namun memiliki lapisan pseudopeptidoglikan yaitu suatu lapisan yang tersusun dari ulangan N-asetilglukosamin dan N-asam asetiltalosaminuronik (1-3 rantai, tahan terhadap lisozim ) dengan 7 group L-asam amino yang saling bertumpang tindih (Methanobacterium), memiliki lapisan polisakarida merupakan polimer tebal yang terdiri dari galaktosamin, asam glukoronat, glukosa, dan asetat . Lapisan ketiga berupa lapisan glikoprotein merupakan protein bermuatan negatif dengan banyak sisa asam amino terutama asam aspartat yang berikatan dengan polimer lain seperti glukosa, glukosamin, mannose, galaktosa, ribose, arabinosa. Lapisan protein merupakan lapisan terakhir dari struktur dinding sel Archaebacteria yang terdiri dari subunit polipeptida tunggal yang berbentuk lembaran (pada golongan Methanospirillum) atau beberapa subunit polipeptida yang berbeda (pada Methanococcus, Methanomicrobium).(Stevenson, 2008)

Kebanyakan metanogen bersifat mesofilik dengan kisaran suhu optimum antara 200C - 400C, namun metanogen juga dapat ditemukan di lingkungan ektrim seperti hydrothermal vent yang memiliki temperatur sampai 1000C. (Dubey,2005)
Identifikasi bakteri metanogen dapat dilakukan dengan mengkultivasi bakteri metanogen dalam medium selektif dengan kondisi anaerob, Metanogen tergolong archaebacteria dengan struktur dinding sel yang tidak memiliki peptidoglikan sehingga resisten terhadap agen yang dapat menghambat pembentukan peptidoglikan dan antibiotik cukup efektif digunakan untuk seleksi antara bakteri methanogen dan bakteri non methanogen.(Nakatsugawa,1992).
Antibiotik yang dapat digunakan adalah vancomycin yang efektif untuk menghambat pembentukan dinding sel serta kanamycin yang dapat menghambat sintesis protein.(Nakatsugawa,1992). Analisis bakteri metanogen dilanjutkan dengan analisis produksi gas metan dengan menggunakan Gas Kromatografi atau gas analizer. Identifikasi bakteri metanogen secara mikroskopik telah dikaji sejak era tahun 70an. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ronald W. Mink dan Patrick R.Dugan (1978) menunjukkan bahwa bakteri metanogen dapat diidentifikasi secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop fluoresens. Secara fisiologi bakteri metanogen memiliki suatu substansi yang disebut F420, yaitu suatu koenzim yang dapat terabsorpsi dengan kuat pada panjang gelombang 420 nm (Ronald,1978), dengan adanya koenzim F420 dalam keadaan terreduksi menyebabkan bakteri ini dapat memancarkan sinar fluoresens berwarna hijau kebiruan ketika disinari oleh sinar ultraviolet pada panjang gelombang tertentu dan dapat membedakannya dengan bakteri non metanogen. Fungsi dari koenzim F420 adalah sebagai pembawa elektron pada proses metabolisme yaitu pada proses metanogenesis. (Michael,1989)

Artikel Tentang Eubacteria|
Eubacteria Awalan Eu pada kata Eubacteria berarti sesungguhnya. Jadi, Eubacteria berarti bakteri yang sesungguhnya. Selanjutnya disebut bakteri saja atau bisa disebut dengan kuman atau basil.
Berikut ini, Ciri-ciri, Struktur Anatomi dan Klasifikasi Eubacteria:
1. Ciri-ciri Eubacteria
Eubacteria memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Bersel tunggal, prokariotik, tidak berklorofil.
b. Bersifat heterotrof.
c. Ukuran tubuh 1 - 5 mikron.
d. Reproduksi vegetatif dengan membelah diri dan generatif dengan
paraseksual.
e. Adaptasi terhadap lingkungan buruk membentuk endospora.

2. Struktur Anatomi Eubacteria
Struktur selnya terdiri atas:

a. Bagian sel sebagai penutup sel
1) Kapsula: bagian paling luar berupa lendir berfungsi melindungi sel.
2) Dinding sel: tersusun atas peptidoglikan yang merupakan polimer
besar atau polisakarida.
3) Membran plasma: bagian penutup paling dalam, mengandung enzim
oksida atau enzim respirasi. Fungsinya sama dengan mitokondria pada
sel eukariotik.

b. Bagian sitoplasma
Sitoplasma berbentuk koloid mengandung butiran-butiran protein, glikogen, dan juga lemak. Sel bakteri tidak mengandung organel retikulum endoplasmik, badan golgi, mitokondria, lisosom, dan sentriol. Tetapi bakteri mengandung ribosom yang tersebar dalam sitoplasma. Bahan genetik berupa ADN atau kromosom di daerah sitoplasma tidak memiliki membran inti.
ardianrisqi.com

3. Klasifikasi Eubacteria
Bakteri dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara:

a. Berdasarkan cara mendapatkan makanannya 1) Bakteri heterotrof
Bakteri yang hidupnya tergantung pada organisme lain dalam hal
pemenuhan zat organik sebagai sumber karbon (C).
Dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Bakteri saprofit (saproba), hidup dari zat-zat organik yang berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup atau sampah.
b) Bakteri parasit, hidup di dalam tubuh makhluk hidup atau bahanbahan
dari tubuh inangnya. Dibedakan menjadi:
(1) Bakteri parasit fakultatif, dapat hidup sebagai saprofit.
(2) Bakteri parasit obligat, hanya mutlak sebagai parasit.
(3) Bakteri patogen, menyebabkan penyakit pada hewan dan
manusia.

2) Bakteri autotrof
Bakteri yang mampu menyusun makanan sendiri dengan sumber karbon (C) yang berasal dari senyawa anorganik (CO2 atau karbonat).
Dibedakan menjadi:

a) Bakteri fotoautotrof, energi untuk sintesis berasal dari cahaya. Contoh
bakteri ungu dan bakteri hijau.

b) Bakteri kemoautotrof, energi untuk sintesis makanan berasal dari reaksi-reaksi kimia. Contoh: Nitrosococcus, Nitrosobacter, dan
Nitrosomonas.


b. Berdasarkan kebutuhan oksigen pada waktu respirasi
1) Bakteri aerob Bakteri yang memerlukan oksigen bebas dalam kehidupannya.
Contoh: Nitrosococcus dan Nitrosomonas.
2) Bakteri anaerob
Bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas dalam
kehidupannya. Contoh:
a) Clostridium tetani (anaerob obligat)
b) Escherichia coli (anaerob fakultatif)
c) Salmonella (anaerob fakultatif)
d) Shigella (anaerob fakultatif)

c. Berdasarkan jumlah dan kedudukan flagela 1) Atrik: tidak mempunyai flagela.
2) Monotrik: mempunyai flagela pada satu ujungnya.
3) Lofotrik: mempunyai sejumlah flagela pada salah satu ujungnya.
4) Amfitrik: mempunyai sejumlah flagela pada kedua ujungnya.
5) Peritrik: mempunyai flagela pada semua permukaan tubuh.
image [Bakteri lofotrik (a) dan peritrik (b)]

d. Berdasarkan bentuknya
1) Kokus (coccus) bentuk bulat seperti bola, dibedakan atas:

a) Monococcus, tersusun satu-satu. Contoh: Monococcus gonorhoe.
b) Diplococcus, bergandengan dua-dua. Contoh: Diplococcus
pneumoniae.
c) Tetracoccus, bergandengan empat-empat.
d) Sarcina, bergerombol membentuk kubus.
e) Staphylococcus, bergerombol membentuk buah anggur. Contoh:
Staphylococcus aureus.
f) Streptococcus, bergandengan membentuk rantai.
2) Basil (bacillus) bentuk batang (silinder), dibedakan atas:

a) Diplobacillus, bergandengan dua-dua. Contoh: Salmonella typhosa.
b) Streptobacillus, bergandengan membentuk rantai. Contoh:
Azetobacter.
c) Monobacillus, tunggal (satu-satu). Contoh: Eschericia coli.
3) Spiral (spirillum) bentuk spiral (lengkung), dibedakan atas:
a) Vibrio (bentuk koma), lengkung kurang dari setengah lingkaran.
Contoh: Vibrio cholerae.
b) Spiral, lengkung lebih dari setengah lingkaran. Contoh:
Spirochaeta pallidum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar